Tuesday, July 3, 2007

Pengukuran Pencadangan Wilayah Pertambangan di Mandailing Natal

Proyek Kerja Dinas Pertambangan Sumatera Utara

Pengukuran Pencadangan Wilayah Pertambangan Bahan Galian Golongan C Komoditi Marmer di Desa Sipagapaga Kec. Penyabungan Kab. Mandailing Natal Seluas 200 Ha. (1999 / 2000)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencadangan wilayah pertambangan bahan galian golongan C diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya benturan kepentingan antara sektor pertambangan dengan sektor lain dalam penggunaan lahan. Pencadangan wilayah ini merupakan suatu kajian untuk menentukan lokasi potensi bahan galian yang secara ketata ruangan ( spasial ) yang dapat dikembangkan pengusahaannya.

Dalam pengukuran pencadangan wilayah pertambangan bahan galian golongan C Tahun Anggaran 1999/2000 ini dipilih bahan galian marmer yang terdapat di Desa Sipagapaga Kabupaten Mandailing Natal mengingat bahwa Mandailing Natal merupakan Kabupaten baru, yang memerlukan masukan-masukan dalam penyusunan kebijaksanaan tataruangnya.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya pengukuran pencadangan wilayah pertambangan bahan galian marmer di Desa Sipagapaga Kabupaten Mandailing Natal ini adalah untuk mengetahui kondisi topografi daerah penyebaran marmer sebagai dasar untuk mengkaji berbagai hal yang terkait dengan kegiatan pertambangan dengan tujuan menentukan lokasi bahan marmer yang dapat diusahakan. Dari maksud dan tujuan ini diharapkan dapat dicapai sasaran akhir yaitu memberi masukan bagi penyusunan tata guna lahan yang mencantumkan peruntukan lahan usaha tambang di Kabupaten Mandailing Natal.

C. Lingkup Pekerjaan

Secara garis besar lingkup pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan persiapan.
2. Pemasangan monumen / bench mark (BM
3. Pekerjaan pengukuran
4. Identifikasi geologi
5. Pekerjaan penghitungan dan penggambaran.

D. Pemilihan Jenis Komoditi

Dari beberapa jenis bahan galian golongan C yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal dipilih marmer sebagai bahan galian yang lokasinya perlu dicadangkan terlebih dahulu. Pemilihan bahan ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan :

1. Perkembangan pembangunan fisik dewasa ini, terutama dalam pembangunan rumah, gedung perkantoran, hotel dan lain-lain, maka kebutuhan akan bahan marmer semakin meningkat.
2. Penyebaran marmer yang terdapat di daerah ini cukup lama.
3. Kemungkinan adanya hasil sampingan ( by product ) berupa bahan baku semen portland atau puzzolan serta kapur tohor ( tepung kapur).

Berdasarkan hasil pemetaan semi mikro yang dilaksanakan oleh Proyek Pemetaan Bahan Galian Golongan C TA.1993/1994 dolomit dijumpai di Kab.Tanah Karo dan Kab.Dairi.

Kesampaian ke lokasi tersebut cukup baik dari segi sarana maupun prasarana yaitu dapat ditempuh melalui jalan beraspal dengan menggunakan bus atau atau kendaraan roda dua.E.

E. Metodelogi

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metoda-metoda antara lain:

1. Pengukuran/pemetaan topografi
2. Pengamatan geologi dan
3. Pengambilan contoh batuan.

Pengolahan data dilakukan dengan penggambaran peta topografi dan deskripsi mengaskopis terhadap contoh-contoh batuan.

Dari peta topografi yang diperoleh kemudian dianalisa terutama kondisi fisik yaitu morfologi setempat. Berdasarkan peta topografi ini pula dapat dilakukan perhitungan cadangan secara awal, menyusun rencana eksplorasi dan reklamasi.

BAB II
URAIAN SINGKAT RONA LINGKUNGAN AWAL KABUPATEN MANDAILING NATAL

A. Iklim
1. Tipe tropis basah
2. Musim penghujan, kemarau dan pancaroba
3. Keadaan arah angin tak menentu
4. Suhu maximum : 27 derajat C
minimum : 18 derajat C
rata-rata : 20 derajat C

B. Ruang, Tanah dan Lahan

1. Peruntukan lahan, menurut keadaan di lapangan adalah lokasi untuk perladangan.
2. Jenis tanah penutupJenis tanah penutup pada lokasi tambang yaitu di Desa Sipaga-paga pada umumnya adalah "RESIDUAL SOIL" sebagai hasil lapukan marmer serta keadaan tanahnya cukup subur.

Sebagai sumber air adalah sungai Makam dan beberapa mata air yang dijumpai secara tersebar. Pada umumnya sungai maupun mata air tersebut terdapat air sepanjang tahun.

C. HIDROLOGI

Sumber air dari mata air dan sungai.

D. BIOLOGI
a. Jenis Flora : pepohonan, belukar & alang-alang
b. Jenis Fauna : binatang melata & unggas

E. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA.

a. Mata pencaharian : Petanian
b. Kepadatan Penduduk : Jarang
c. Agama : Islamd. Pendidikan : Tamatan SD / SLTP

Bahan marmer tersebut belum diusahakan oleh masyarakat setempat.

BAB III
GEOLOGI

A. GEOLOGI REGIONAL

1. Geomorfologi

Secara fisiografi daerah pengukuran ternasuk dalam satuan fisiografi Graben Panyabungan yang merupakan bagian Sistem Patahan Sumatera. Lantai dasar graben ini berada pada elevasi 200 m dpl dengan lebar maksimum 200 km. Tinggi maksimum dinding graben sebelah barat mencapai 1000 m sedangkan dinding graben sebelah timur mencapai 1700 m. Sebagian besar lantai graben ditempati oleh endapan aluvial.

2. Stratigrafi.
Stratigrafi daerah pengukuran dan sekitarnya menurut N.M.S Rock dkk terdiri dari Formasi Kuantan yang berumur Pra-tersier dan endapan aluvium serta batuan intrusif berkomposisi granitik ( Batolit Panyabangan ). Formasi Kuantan pada umumnya merupakan batuan-batuan metamorfosa. Antara lain filit, sabak, arenit metakuarsa, dan metalimestone. Endapan aluvium di dominasi oleh pasir, krikil dan lanau. Batolit Panyabungan terdiri dari granit, mikro granit, leuco granit dan diorit mika. Pembentukan batolit ini adalah pada Kretaseus Awal.

B. GEOLOGI DAERAH PENGUKURAN DAN SEKITARNYA

1. Geomorfologi

Morfologi daerah pengukuran merupakan satuan perbukitan memanjang dengan arah barat laut - tenggara. Bagian tertinggi mencapai ketinggian 508 m dpl. sedangkan bagian terendah berada pada ketinggian 395 m dpl. TIdak terlihat adanya proses geomorfologi yang menonjol. Jenis batuan yang terdapat di daerah pengukuran adalah batuan metasedimen terutama metalimestone/marmer.

2. Mineralogi dan Keterjadian
Marmer atau yang sering disebut batu pualam berasal dari batu kapur yang telah mengalami proses metamorfosa. Metamorfosa merupakan akibat dari adanya tekanan dan suhu yang tinggi sehingga tekstur batuan asal menghilang dan berubah menjadi tekstur baru sebagai hasil dari proses rekristalisasi. Mineralogi marmer terutama terdiri dari mineral-mineral karbonat yaitu kalsit, dolomit dan/atau serpentin, sedangkan mineral-mineral tambahannya adalah kuarsa, talk, khlorit, amfibol, pirit, piroksen, hematit, dan grafit. Semua mineral-mineral tambahan ini akan memberikan pola warna yang sangat bervariasi. Marmer yang terdapat di daerah pengukuran memperlihatkan warna putih dan putih keabu-abuan sesuai dengan kandungan kalsitnya sebagai mineral utama dan mineral pirit sebagai mineral tambahan.

3. Struktur Geologi

Sepanjang pengamatan tidak terlihat adanya struktur-struktur geologi aktif. Daerah pengukuran merupakan lantai graben dari Sistem Patahan Sumatera. Pada lapisan marmer terlihat adanya struktur-struktur kekar dan retakan-retakan halus.

BAB IV
KEADAAN MARMER

A. KEADAAN WARNA DAN SIFAT FISIK

Berdasarkan pengamatan lapangan, secara umum marmer yang terdapat di daerah pengukuran memperlihatkan warna dasar abu-abu. Warna dasar abu-abu ini bervariasi dari abu-abu terang sampai abu-abu gelap. Di lapangan tidak terlihat batas tegas antara variasi-variasi warna tersebut. Secara mengaskopis batuan ini memperlihatkan hubungan kristal yang saling mengikat, tidak terlihat adanya unsur-unsur pengotor seperti lempung, klorit, dan mika yang mengakibatkan batuan mudah pecah.

Kekar dan retakan batuan umum dijumpai pada singkapan-singkapan. Kekar dan retakan ini perlu menjadi perhatian khusus pada saat penambangan untuk menghindari agar tidak terlalu banyak bahan yang terbuang. Berdasarkan kenampakan megaskopis ini diperkirakan marmer di daerah pengukuran memenuhi syarat mutu sebagai batu tempel dan ubin.

Untuk mendapatkan data yang akurat perlu dilakukan pengujian laboratorium yang meliputi pengujian penyerapan air, kuat tekanan, ketahanan arus dan kekekalan bentuk. Sifat-sifat fisik yang memenuhi persyaratan mengacu pada Syarat Mutu Marmer menurut SII 0379-80 .

B. LAPISAN TANAH PENUTUP

Tanah sebagai hasil lapukan batuan terutama dijumpai pada bagian-bagian puncak perbukitan, sedangkan pada bagian-bagian lereng tidak dijumpai. Tebal tanah penutup ini rata-rata kurang dari 2 meter. Pada beberapa tempat dibagian puncak dan lereng perbukitan terlihat adanya proses eros, jatuhan dan longsoran batuan.

C. BESAR CADANGAN
1. Cadangan Geologi

Perhitungan cadangan dilakukan dalam beberapa tahap dan pada setiap tahap dilakukan koreksi reduksi. Berdasarkan perhitungan ini secara kasar di daerah pengukuran terdapat cadangan prospek sebesar +/- 150.000.000 m3

D. PENAMBANGAN

Berbeda dengan penambangan bahan galian pada umumnya, penambangan marmer (dan batu dimensi lainnya) mempunyai ciri khusus, baik dalam cara penggalian maupun bentuk produknya. Penambangan dalam hal ini bertujuan untuk menghasilkan bongkahan batuan dengan ukuran tertentu. Metoda penambangan yang banyak digunakan adalah Finish Method dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

- Pelepasan balok dari batuan induk.

Pada tahap ini sisi balok vertikal dibor dengan kedalaman 4 - 6 m dengan spasi 20 cm. Demikian juga dengan sisi balok horizontal dibor dengan kedalaman 5 - 8 m dengan spasi 30 - 40 cm. Pengeboran menggunakan monodrillguide rigged dengan diameter setiap lubang bor 27 - 32 mm. Peledakan dilakukan secara simultan, baik terhadap sisi vertikal maupun sisi horizontal. Densitas bahan peledak yang digunakan sekitar 60 - 100 g/m3 . Dengan metoda ini ukuran balok yang dapat dilepas dari batuan induknya dapat mencapai 4000 m3, yaitu panjang 20 - 80 m, lebar 5 - 8 m dan tinggi 4-6 m.

- Persiapan balok untuk pabrik pengolahan

Tahapan selanjutnya adalah membagi balok besar secara vertikal menjadi balok-balok yang lebih kecil. Pemboran dilakukan dengan spasi 25 cm dengan densitas bahan peledak sekitar 30 - 80 g/m3. Balok - balok yang dihasilkan berukuran panjang 3 - 6 m, lebar 1,5 - 3m dan tinggi 4 - 6 m. Selanjutnya balok - balok ini dapat diperkecil lagi hingga mencapai ukuran 15 - 30 ton, tergantung kapasitas alat muat ( wheel loader ) dan ukuran mesin pemotong utama ( primary saw ) pada pabrik pengolahan. Dalam penambangan batuan marmer di daerah pengukuran ini yang perlu menjadi perhatian utama adalah bidang belahannya karena akan mempengaruhi kualitas produk akhir. Pemotongan batuan harus dilakukan sejajar dengan arah bidang belahan karena dengan cara ini, disamping mempermudah pelepasan balok dari batuan induknya juga akan menghasilkan kuat tekan produk akhir yang maksimum.

Pada kegiatan pengukuran yang dilaksanakan belum dapat digambarkan arah bidang belahan karena belum dilakukan eksplorasi detail.

E. REDUKSI PENGAMBILAN BONGKAH

Nilai cadangan prospek adalah cadangan yang teronggokan dalam bentuk bongkah-bongkah berukuran minimal 1 m3. Tidak keseluruhan cadangan teronggokan ini dapat diproses menjadi balok marmer dengan pertimbangan :

- hancur / pecah akibat adanya kekar dan retakan
- hancur pada saat peledakan
- terdapat rongga, gerowongan atau lubang-lubang pelarutan
- kompaksi batuan tidak seragam sehingga mudah pecah pada saat penambangan.

Dengan koreksi sebesar 75% maka jumlah cadangan berbentuk bongkah diperkirakan mencapai 112.500.000 m3.

F. HASIL SAMPINGAN ( BY PRODUCT )

Agar diperoleh nilai tambah pada penambangan marmer ini perlu dilakukan analisa kimia untuk mengetahui terdapat atau tidaknya produk sampingan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku semen portland dan puzzolan serta kapur tohor. Berdasarkan pengamatan lapangan kandungan MgO batuan sangat kecil sehingga kemungkinan adanya by product sukup besar.

G. PENGOLAHAN

Pengolahan bertujuan untuk menghasilkan lempengan berukuran tertentu sesuai standar pabrik atau besar yang salah satu sisinya dipoles. Pemotong yang digunakan adalah pemotong intan jenis diamond tipped saw dengan metoda makron.

H. SPESIFIKASI PRODUK DAN KEGUNAAN

Standar spesifikasi batuan yang dapat dijadikan batuan hias mengacu kepada standar menurut ASTM ( American Standard Testing Material ). Standar ini meliputi karakteristik batuan, sifat-sifat fisik yang diperlukan dan metoda pengujian. Khusus untuk marmer, Indonesia telah menetapkan syarat mutu yang dipergunakan sebagai pelapis dinding dan lantai yaitu SII. 0379-80

I. PROSPEK

Marmer merupakan jenis batu dimensi yang banyak diusahakan. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 30 perusahaan marmer dengan kapasitas pabrik terpasang keseluruhan 4,29 juta m2 per tahun dengan bentuk produk berupa tile dan roofing.Produksi marmer Indonesia saat ini telah mencapai 2,5 juta m2 per tahun. sedangkan konsumsinya mencapai 4 juta m2 per tahun. Konsumen marmer terutama adalah gedung-gedung mewah milik swasta maupun pemerintah seperti pasar swalayan, hotel, perkantoran dll.

J. ANALISA FINANSIAL

Perkiraan besarnya biaya investasi yang diperlukan dalam usaha pertambangan dan pengolahan marmer di Sipagapaga ini dapat dikelompokkan menjadi :

a. Investasi Pendahuluan
Termasuk kedalam investasi ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk survey pendahuluan, perizinan dan pembebasan lahan.

b. Investasi Peralatan
Investasi ini mencakup pembelian peralatan , antara lain peralatan penambangan, pengolahan, kantor bengkel dan peralatan penunjang lainnya.

c. Investasi Bangunan.
Meliputi bangunan kantor, perumahan karyawan, jalan, sarana penunjang, pabrik pengolahan , bengkel, gudang, dan tempat penimbunan.

BAB V
ASPEK LINGKUNGAN

A. PANGKALAN KERJA

Berdasarkan pola morfologi dari hasil pengukuran diperlukan ketelitian untuk menempatkan lokasi pangkalan kerja.

Syarat - syarat yang harus dipenuhi dalam penetapan pangkalan kerja ini antara lain :

- bentuk topografi daftar
- tidak ada daerah berpotensi longsor
- relatif dekat ke lokasi penambangan
- sumber air ada
- pencapaian lokasi mudah

Atas dasar syarat-syarat diatas, alternatif pengkalan kerja adalah antara P18 - P24 ( Peta No. 2 )

B. DAMPAK YANG AKAN TERJADI

Komponen lingkungan yang akan terkena dampak pada setiap tahapan adalah :

1. Tahap Persiapan.

- Bentang alam ( topografi )
- Kualitas udara
- Kebisingan
- Perubahan tata lahan
- Flora dan Fauna
- Ketenagakerjaan
- Pendapatan masyarakat
- Sosial ekonomi

2. Tahap Operasional.

- Iklikm mikro
- Bentang alam ( topografi )
- Kualitas udara
- Kebisingan
- Kualitas Air
- Flora dan Fauna
- Biota akuatik
- Ketenagakerjaan
- Pendapatan masyarakat
- Sosial budaya
- Sosial ekonomi
- Kesehatan masyarakat

3. Tahap Purna Operasi.

- Bentang alam ( topografi )
- Kualitas udara
- Kebisingan
- Kualitas air
- Pendapatan masyarakat
- Sosial ekonomi

C. PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Upaya pengelolaan lingkungan yang harus dilakukan pada setiap tahap antara lain adalah :
Tahap Persiapan :

- Melaksanakan ganti rugi tanah kepada pemilik tanah
- Pengaturan penempatan tanah penutup sesuai rencana tambang untuk segera dapat dimanfaatkan kembali.
- Penggunaan tenaga lokal untuk pekerjaan
-pekerjaan non-skill
- Pelaksanaan mobilisasi tenaga kerja pendatang dengan tenaga kerja lokal.

Tahap Operasional :

- Melakukan kegiatan penambangan sesuai dengan Rencana Kerja Penambangan
- Penggunaan air dilakukan secara re-cycle
- Membuat dam-dam / kolam penampungan limbah sesuai dengan kapasitas produksi
- Melakukan penyiraman pada jalan-jalan tambang secara rutin.
- Membuat saluran drainase secara baik
- Melakukan pendekatan secara manusiawi dengan penduduk setempat.

Tahap Purna Operasi :

- Melaksanakan reklamasi

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan geologi keberadaan bahan galian marmer di Desa Sipagapaga Kabupaten Mandailing Natal dapat dikembangkan pengusahaannya. Tekstur dan warna batuan cukup mendukung sebagai batu tempel maupun sebagai ubin pada gedung-gedung.

Kondisi topografi yang merupakan morfologi perbukitan sangat ideal sebagai areal penambangan ditambah lagi keadaan tanah penutup yang tidak tebal.

Untuk itu Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal kiranya dapat mencadangkan Desa Sipagapaga sebagai wilayah pertambangan.

B. SARAN
Untuk dapat mengembangkan marmer di daerah ini perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Eksplorasi detail untuk mengetahui cadangan pasti dan sifat-sifat geologi yang diperlukan dalam perencanaan tambang.

2. Pengujian-pengujian laboratorium :

a. Pengujian sifat-sifat fisik batuan antara lain penyerapan air, kuat tekan, ketahanan aus dan kekekalan bentuk. Sifat-sifat ini menyangkut kualitas marmer.
b. Pengujian sifat-sifat fisik batuan berupa kuat tekan, kohesi dan berat isi. Parameter ini diperlukan dalam analisa kestabilan lereng tambang.
c. Pengujian sifat-sifat kimia/mineralogi untuk mengetahui kemungkinan adanya hasil-hasil sampingan ( by product )

3. Studi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan.

Demikianlah hasil pengukuran topografi dan identifikasi geologi yang telah dilakukan. Semoga hasil ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya pengembangan usaha pertambangan di Kabupaten Mandailing Natal.
http://www.distam-propsu.go.id/kegiatan14.php