Saturday, July 14, 2007

Gordang Sambilan Semakin Langka?


Gordang Sambilan Tersimpan di Maga, Mandailing Julu
Foto Abdur-Razzaq Lubis

"Gordang Sambilan" Semakin Langka

Batam, Kompas
Selasa, 3 Juli 2001

Perkembangan musik tradisional Tapanuli Selatan, "Gordang Sambilan" (gendang sembilan), dari waktu ke waktu semakin langka dipertunjukkan di tengah-tengah masyarakat. "Gordang Sambilan" hanya dipertunjukkan ketika ada acara-acara besar, seperti pesta perkawinan adat, kedatangan tamu-tamu pejabat, peresmian kantor-kantor pemerintahan, atau acara-acara pelantikan perkumpulan adat.

"Tapi, pertunjukan 'Gordang Sambilan' sudah langka sekali. Hanya orang-orang tertentu saja yang mau mengadakannya," kata Hasyim Siregar (45), Pimpinan "Gordang Sambilan" Halongonan Napurpur, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, di Batam, Minggu (1/7). Pertunjukan "Gordang Sambilan" ini berkaitan dengan acara peresmian organisasi "Parsadaan Halongonan Napurpur" (Perkumpulan Persaudaraan-Red) Batam yang dipimpin Syafrizal Sitorus.

Pada acara itu antara lain hadir Asisten I Pemerintah Kota Batam Asyari Abbas. "Kami sengaja mengundang "Gordang Sambilan" untuk melestarikan kesenian tradisional Tapanuli Selatan sekaligus mengenang atau melepas rasa rindu akan kampung halaman," kata Sitorus.

Musik tradisional "Gordang Sambilan" adalah musik yang terdiri dari sembilan gendang, yang diiringi alat musik lain, seperti seruling, ogung (gong), dibantu gondang (gendang kecil). Pertunjukan "Gordang Sambilan" ini pada zaman Belanda dahulu sering dipertontonkan oleh raja-raja di Tapanuli Selatan dalam pesta adat, pesta perkawinan, atau pesta setelah rakyat memanen sawahnya.

Menurut Siregar, langkanya kesenian "Gordang Sambilan" ini bukan hanya karena sedikitnya orang-orang Tapanuli Selatan yang mau mencurahkan perhatiannya untuk melestarikannya. Tapi, orang-orang di Tapanuli Selatan sendiri pun sudah tidak banyak lagi yang mau menggunakannya untuk pesta-pesta adat atau acara-acara adat. "Itu bisa terjadi karena ongkos atau biaya pertunjukannya mahal. Kemahalannya bukan karena membayar orang-orang yang memainkannya, tapi membawa alat-alatnya dari Tapanuli Selatan memakan biaya yang tinggi," ujar Siregar yang sudah mendirikan "Gordang Sambilan" sejak tahun 1985. (smn)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0107/03/daerah/gord19.htm